Sabtu, 21 April 2012

Sosok Kartini dari Kenya


Selamat malam sobat blogger semua. Hari ini tepatnya tanggal 21 April merupakan hari yang sangat spesial bagi seluruh wanita di Indonesia. Pada tanggal tersebut lahirlah sosok pejuang emansipasi wanita Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini. Tanpa kenal lelah dan takut, Beliau memperjuangkan hak- hak wanita salah satunya hak untuk mendapatkan pendidikan.Namun kali ini saya tidak akan berbicara banyak mengenai perjuangan RA. Kartini.
Karena tanggal 22 juga bertepatan dengan Earth day maka saya akan berbicara sosok wanita pertama dari Kenya yang mendapatkan gelar doktor. 
Adalah Wangari Mathai, sosok wanita dari Kenya yang mencanangkan gerakan Green Belt Movement di negaranya sendiri yaitu Afrika. Beliau dilahirkan pada tanggal 1 April 1940.
Atas gerakan Green Belt Movement yang digagasnya, beliau dianugrahi sebuah Nobel Perdamaian dari PBB.
Sama halnya  dengan RA. Kartini, Wangari Mathai seorang wanita yang gigih dan pantang menyerah. Beliau memperjuangkan hijaunya kembali negeri Afrika.
Melalui gerakan Green Belt Movement beliau mengajarkan perempuan- perempuan Afrika untuk menanam pohon. Bagi perempuan- perempuan Afrika suatu keharusan  menuntut pendidikan hingga jenjang diploma untuk menanam sebuah pohon. Miris rasanya melihat hal tersebut, padahal menanam pohon  dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak membutuhkan persyaratan pendidikan.
Bagi seorang Wangari Mathai,ada korelasi yang kuat antara menanam pohon dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Apa yang dikatakan beliau memang benar, menanam pohon berarti menanam kehidupan baru di alam ini. Manusia tidak bisa lepas dari alam, manusia selalu menggantungkan dari alam. Munculnya kehidupan- kehidupan baru tersebut nantinya akan membawa kesejahteraan bagi manusia di sekitarnya jika dimanfaatkan dengan baik.
Tidak hanya sebagai pejuang hijau Afrika, Wangari Mathai juga seorang pembela hak kaum perempuan, politisi, dan pejuang hak asasi manusia. Meskipun Beliau berulang kali mendapat perlawanan keras dari oknum- oknum yang kontra, beliau tidak lantas menyerah. Hal tersebut digunakan beliau sebagai pemacu agar terus maju.
Namun kini perjuangannya harus berhenti saat beliau meninggal pada tanggal 25 September 2011 lalu. Beliau meninggal pada usia 71 tahun dikarenakan penyakit kanker yang dideritanya.

Meskipun sosok Wangari Mathai telah tiada, namun semangatnya yang membara masih terasa dan tersimpan dalam tubuh elok perempuan- perempuan Afrika.
 

Template by:
Free Blog Templates