Selasa, 25 Oktober 2011

LOVE Tobacco but Must Say NO!!!!!








Pasti sobat blogger bertanya- tanya..
Apa coba maksud dari tiga gambar di atas itu?? GEJE GEJE gimana gitu...
Well ini masalah teknis gara- gara aku gak nemukan gambar yang sesuai,, jadinya kayak gini dah....

I Love tobacco..
""Whaaaattttttt???""
Yesssss I Love Tobaccooooooooooo

Okay kita mulai dari sini..
Kata "I Love Tobacco" bukan berarti menandakan saya adalah seorang pecandu temabakau atau perokok
Tembakau merupakan salah satu icon kota kelahiranku yaitu kota JEMBER. Kabupaten Jember terkenal sebagai penghasil salah satu Tembakau terbaik di dunia. Melalui potensi tanaman tembakau ini,  Jember telah lama terkenal dan melegenda sebagai “kota tembakau” sebagai salah satu daerah produsen dan penghasil tembakau terbesar dengan produk yang berkualitas. Tidak hanya di pasar nasional, bahkan telah lama kota Jember dikenal di beberapa negara Eropa seperti Bremen, Jerman. Sebagai Kota tembakau logo dan batik Kota Jember pun adalah daun tembakau. Tidak hanya logo dan batik, tapi tari traditional yang dikenal dengan judul "Labako" pun juga menggambarkan bagaimana masyarakat memanen daun tembakau.
Greattttttt....

Tapi seperti yang kita ketahui bahwa daun tembakau dapat merusak kesehatan. Temabakau dapat merusak paru- paru, sistem reproduksi, dan salah satu pemicu penyakit kardiovaskular dan juga kanker. Bukan hanya perokok aktif saja yang bisa terkena dampaknya, namun juga mereka perokok pasif yaitu keluarga kita, teman- teman kita, dan orang- orang yang berada di dekat kita.
Sekarang pemerintah sudah mensosialisasiakan RPP tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan (RPP Tembakau). Salah satu isi draft RPP Tembakau yang krusial adalah perusahaan rokok dilarang untuk menerbitkan iklan rokok dalam bentuk apapun dan dilarang mensponsori acara. Penjualan rokok juga dibatasi dan semakin diperketat seperti larangan dikonsumsi anak usia dibawah 18 tahun dan larangan untuk perempuan yang sedang hamil serta larangan dijual secara eceran.

Dilema itu yang saya rasakan dengan munculnya RPP tersebut, he5x.
Basic saya adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat di salah satu perguruan tinggi negeri di Kabupaten Jember. Tentu saja saya sebagai mahasiswa kesehatan mendukung adanya RPP tersebut demi kesehatan kita semua. Namun tidak dapat dipungkiri saya juga ragu jika RPP tersebut benar- benar digalakkan.

Hal pertama yang saya pikirkan adalah keluarga- keluarga saya, keluarga saya sebagian besar adalah petani. Di saat musim tanam  tembakau tentu saja keluarga saya ikut menanam tembakau. Kalau regulasi itu benar- benar digalakkan bagaimana dengan nasib keluarga saya?? darimana keluarga saya mendapatkan pemasukan? Meskipun ada selentingan RPP tersebut bukan bermaksud untuk merugikan para petani, tapi bagaimanapun petani akan merasa dirugikan karena pemasukan mereka menurun.

Mungkin salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mensubtitusi penanaman tembakau dengan tanaman lain yang mempunyai nilai jual yang sama atau melebihi nilai jual temabakau. Namun itu sulit mengingat kita harus dapat menemukan tanaman yang cocok untuk iklim daerah Jember. Salah satu hasil pertanian yang juga dikembangkan di kota Jember adalah kopi, coklat, dan kedelai damame. Mungkin itu dapat mensubtitusi penanaman tembakau.
Intinya, regulasi tentang tembakau atau rokok memang diperlukan namun jangan sampai merugikan para petani.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Jika yang terjadi adalah seperti ini


Apa yang anda pikirkan dari kedua gambar tersebut???
Yup, keadaan yang sangat kontras. Dimana gambar pertama mencerminkan seorang anak yang kelaparan dan sedang kekurangan gizi sedangkan gambar kedua mencerminkan seorang anak yang menderita obesitas.

Beban ganda itulah yang sedang dihadapi oleh negara kita. Dimana angka penderita kekurangan gizi semakin meningkat diikuti juga oleh kenaikan angka penderita gizi lebih.
Apa sebenarnya masalah gizi??
Masalah gizi dibagi menjadi dua yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih
  • Masalah gizi kurang terdiri dari  masalah KEP (kekurangan energi protein), anemia gizi besi, KVA (kekurangan vitamin A), dll
  • Masalah gizi lebih yaitu permasalahan obesitas
Kenapa bisa terjadi seperti ini??
  • Masalah gizi kurang secara langsung diakibatkan oleh rendahnya intake dan jika kita mengoreknya lebih dalam kita dapat mengetahui bahwa penyebabnya tidak lain karena rendahnya jangkauan masyarakat yang diakibatkan oleh masalah ekonomi, ketidaktahuan masyarakat mengenai masalah gizi, dan masalah food taboo.
  • Masalah gizi lebih yaituy obesitas secara langsung diakibatkan oleh tingginya intake zat gizi namun output berupa keluaran energi sangat rendah, sehingga terjadi ketidakseimbangan dan jika kita mengoreknya lebih dalam kita dapat mengetahui bahwa penyebabnya tidak lain karena ketidaktahuan mengenai masalah gizi, daya beli meningkat, promosi makanan, kemudahan/ tersedianya fasilitas, masalah psikis, dan masalah hormonal.
Indonesia merupakan negara yang berkembang yang penduduknya kalau disensus setiap 10 tahun sekali jumlahnya terus meningkat, meskipun ada program Keluarga Berencana. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan mempengaruhi keadaan ekonomi masyarakat.  Hal ini mengakibatkan yang kaya menjadi semakin kaya sedangkan yang miskin menjadi semakin miskin. Tentu saja keaadaan seperti itu akan berpengaruh pada pemenuhan gizi mereka. Bagi mereka yang mempunyai kemampuan rendah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dan kecukupan gizi mereka. Sedangkan kita lihat mereka yang mempunyai kemampuan tinggi, mereka samapai berlebihan memenuhi kebutuhan dan kecukupan gizi mereka.
Selain masalah ekonomi kita dapat melihat dalam penyebab permasalahan gizi kurang dan lebih adalah tingkat pengetahuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi mereka. Masyarakat sering kali tidak mempedulikan apa yang mereka makan, mereka hanya memikirkan "pokoknya perut kenyang". Mereka tidak mengetahui zat gizi apa dan takaran zat gizi yang harus mereka konsumsi tiap harinya yang penting kenyang.
Maka dari itu PR bagi kita semua bukan hanya pemerintah adalah lagi- lagi masalah ekonomi dan masalah peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai masalah- masalah kesehatan.

Senin, 17 Oktober 2011

Seberapa Dalam Kamu Memahami HIV/AIDS?

Kapan hari sempat penyuluhan HIV/AIDS di salah satau SMP di kecamatan Silo. Namanya juga mahasiswa Kesmas, paling seneng kalau disuruh penyuluhan meskipun masih latihan tapi mesti tetep PD....
Sebelum penyuluhan tradisi yang dilakukan membagikan lembar pretest....
Anak SMP dikasih lemabaran yang isinya soal- soal jadi hebring duluan dikira kita mau ngasih ujian ^^ padahal tujuannya cuma pengen tahu seberapa dalam mereka mengetahui HIV/AIDS itu.
Setelah lembar pretest diisi dan dikumpulkan, iseng- iseng baca hasil pretest mereka.dan hasilnya............
paraaaammmm.....
Hampir semua peserta jawabannya kurang tepat.... SIMAK....
1. AIDS : penyakit yg mematikan => beneeeeerrr
2. AIDS : penyakit yg menular => betuuuullll
3. AIDS: penyakit gigitan nyamuk / demam berdarah => LOH????
4.AIDS : penyakit yg disebabkan gigitan hewan =>HAH??
5.AIDS: penyakit gatal- gatal => SHOCK.....
Sebagian besar dari mereka kurang memahami apa itu HIV/AIDS. Kebanyakan dari peserta adalah siswa kelas 1 SMP. Yah mungkin mereka masih polos, masih belum tahu hitamnya dunia mungkin yaaaa??
Apapun itu alasannya sebenarnya penyakit HIV/AIDS harus diketahui oleh semua kalangan, dan mereka sebagai generasi penerus bangsa harus mengetahui seluk beluk HIV/AIDS soalnya sekarang HIV/AIDS tidak hanya menyerang PSK atau pelanggannya tapi pelajar- pelajar dan kalangan mahasiswa yang mempunyai gaya hidup buruk....
HIV/AIDS => BERANTASSSSS
HIV/AID=> PAH TOMPESSSS (bahasa madura ini...^^)

Kamis, 13 Oktober 2011

Konflik Ganda dan Stress Kerja Pada Pekerja Wanita

Jumlah wanita pencari kerja akan semakin meningkat di sebagian wilayah dunia. Menurut BPS data komposisi angkatan kerja 1990 & 2000 jumlah angkatan kerja wanita yang aktif meningkat dari 6.869.357 pada tahun 1990 menjadi 36.871.239 pada tahun 2000. Sedangkan menurut BPS, selama agustus 2006 hingga agustus 2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang, sementara itu pertambahan jumlah pekerja laki- laki hanya sebesar 1,1 juta. Wanita ingin tetap bekerja, karena pekerjaan memberikan banyak arti bagi diri mulai dari dukungan finansial, mengembangkan pengetahuan dan wawasan, memungkinkan aktualisasi kemampuan, memberikan kebanggaan diri dan kemandirian (meskipun penghasilan suami mencukupi), serta memungkinkan subyek mengaktualisasikan aspirasi pribadi lain yang mendasar seperti memberi rasa berarti sebagai pribadi. Meskipun keterlibatan dalam berbagai peran ini dapat memberikan keuntungan psikososial, seperti peningkatan kepercayaan diri, moral, serta kebahagiaan (Aryee, et, al 1999), kesulitan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga yang sering kali bertentangan juga dapat menyebabkan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga (Bedeian, et, al 1983).
Dalam menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Peran ganda pun dialami oleh wanita tersebut karena selain berperan di dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam karirnya. Konflik pekerjaan dan keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga (Frone & Cooper, 1994).
Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik peran ganda wanita antara keluarga dan pekerjaan.
Adapun konflik peran ganda ini bisa menurunkan kinerja karyawan, sementara menurunnya kinerja karyawan bisa memberi dampak pada meningkatnya keinginan untuk keluar, meningkatnya absensi, dan menurunya komitmen organisasi (Boles, Howard & Donofrio, 2001). 
Maka kiat utama untuk diri individu adalah menerapkan manajemen waktu untuk dapat mengoptimalkan perannya sebagai dirinya sendiri, istri, sekaligus karyawati, Seorang wanita juga seharusnya bisa memanajemen stress dan mengendalikan emosinya, Selain itu, dalam sebuah keluarga hendaknya ada komunikasi dan kesepakatan antara suami dan istri untuk membagi pekerjaan rumah tangga. Sedangkan bagi perusahaan, harus mampu memahami problematika tersebut Menurut Nyoman Triaryati (2003) ada beberapa kiat untuk perusahaan dalam menghadapi masalah konflik pekerjaan dengan keluarga dan keluraga pekerjaan, yaitu memberi waktu kerja yang lebih fleksibel, menyusun  jadwal kerja alternative, menyediakan tempat penitipan anak, Menetapkan kebijakan ijin keluarga, dan melakukan job sharing.



Template by:
Free Blog Templates